Berbicara tradisi ulang tahun, memang bagi sebagian orang menjadi suatu hal yang menarik, dan penuh kesan menarik. Kali ini tidak bagi saya, di usia yang genap dua puluh tujuh tahun ini, masih banyak hal yang membuat saya harus banyak instropeksi, berbenah diri dan belajar lebih giat lagi. Salah satunya masalah studiku yang saat ini masih belum selesai. Perjanjian dan batasan waktu yang diberikan oleh pihak fakultas telah membungkamku untuk tidak tertawa dan tersenyum ceria, setidaknya dalam sementara waktu. Sementara beban moral dan tanggungjawab kepada orang tua, benar-benar telah “menghilangkan” ingatanku terhadap segala sesuatu kecuali tugas akhir.
Jika kita ingin mengingat-ingat kembali masa lalu, mungkin sebagian kita pernah merayakan secara khusus hari ulang tahun kita, entah dengan hal-hal positif bahkan dengan hal yang negatif sekalipun. Dengan hal yang positif misalnya, dalam moment ulang tahun tersebut mungkin kita membangun kembali komitmen terhadap diri untuk menjadi lebih baik lagi, tidak mengulangi lagi hal-hal yang buruk seperti masa lalu, menjadi lebih rajin dan tekun dalam belajar, lebih ta’at dalam beribadah dan semacamnya. Atau sebaliknya menjadikan moment ulang tahun kita atau orang lain sebagai hal yang hura-hura dan tidak bermanfa’at, tidak dipungkiri saya pribadi pun pernah mengalaminya. Ketika Aliyah misalnya, entah diulang tahun yang keberapa, sebuah kiriman misterius sampai ke saya, tidak tanggung-tanggung sebuah kardus dengan muatan berat dikirimkan ke saya, ketika dibuka ternyata hanya beberapa permen, ucapan selamat ulang tahun dan sisanya sebagian besar batu bata. Kejadian serupa berulang kembali ketika masa kuliah, saya sampai tidak berani kuliah, gara-gara bau anyir, akibat beberapa butir telur menetas di atas kepala plus sekiloan tepung terigu. Yang lebih memprihatinkan lagi, suatu waktu teman saya sedang duduk santai di tepi kolam taman fakultas waktu jam istirahat, tiba-tiba ia diangkat oleh teman sekelas dan diceburkan di dalam kolam tersebut, kemudian beberapa butir telur komplit dengan gandum memenuhi tubuhnya.
Begitulah mungkin secuil potret cara kita merayakan hari ulang tahun . Khusus perayaan model kedua, hampir tak ada makna sama sekali, yang ada hanya hura-hura. Kita lupa bahwa di setiap ulang tahun kita, sesungguhnya masa hidup kita di dunia ini terus berkurang, ibarat suatu perjalanan yang menuju suatu tempat, maka perjalanan itu kian mendekat. begitu juga dengan usia kita. So jika kita sudah tahu kalau “perjalanan” kehidupan kita ini semakin mendekat dengan tujuan akhirnya, tidaklah sepantasnya kita masih hura-hura, sebaliknya kita mesti harap-harap cemas apakah bekal kita bisa mencukupi untuk sampai ke tujuan, yaitu akhirat kelak, dimana semua kita akan datang untuk memberikan pertanggungjawaban kepada-Nya.
i like it...bgs bgt blognya ka'..salut..subhanallah..
ReplyDeletethank commentnya ....ini juga baru belajar, terutama bljar menulis, sbb bagiku menulis sulit banget, perlu pembiasaan, so saya buat blog biar bisa saya aplikasikan....ayo bljar ngeblog :-) dengan menulis bnyk sklai manfa'atnya paling tidak bisa nglatih tugas akhir, lagian kalo rajin nulis dpat dipastikan rajin baca....
ReplyDelete