Sunday, April 10, 2011

Kewajiban Itu Terasa Lebih Banyak dari Waktu yang tersedia...

Aku bangun mengambil air wuduh jam 05.00 wib, walaupun sebenarnya aku terjaga ketika adzan subuh berkumandang jam 04.30, badanku terlalu lelah karena habis berkatifitas siangnya. Dan aku pun tertidur sampai terbangun kembali pukul lima. Aku sholat berjama’ah, tapi hanya di mushola asrama, itupun karena salah seorang temanku – Amin- menyusul dibelakangku.

Ku paksakan untuk membaca al-ma’tsurat yang memang aku sudah menghafalnya, setelah itu dengan niat untuk menambah target tilawah, walaupun akhirnya aku hanya mampu menyelesaikan 3 lembar dari tilawahku pagi ini. Aku tidak terlalu khusyuk tilawah, karena pikiranku tertuju pada tumpukan kertas formulir pendaftaran KEMWIL yang dari hari kemarin menumpuk disamping kasurku dan belum sempat aku rekap. Padahal pagi nanti sekitar jam 08.00 aku harus melaporkan hasil rekapannya ke ketua panitia. Dengan rasa malas yang sangat, akhirnya berkas tersebut rampung aku rekap dengan seadanya.

Belum selesai aku mengetik , sebuah sms berbunyi “kak jam 8 kami tunggu ya di komsat, untuk surveinya”, bunyi SMS dari salah seorang panitia holiday camp kampus UIN untuk mengajak survei ke Kali Kuning. Padahal dari tadi aku sudah mempunyai rencana untuk membeli tinta keperluan panitia KEMWIL, kemudian ke sekolah untuk mencetak surat pemberitahuan ke POLSEK dan POLRES Sleman, serta menitipkan cetakan cocard ke SMPIT sehabis merampungkan merekap data tersebut.

Pikiran jadi bertambah bingung ketika SMS permintaan ma’afku tidak bisa ikut survei dijawab balik oleh panitia Holiday Camp UIN. “kami tidak ada yang tau tempatnya kecuali kakak”, balas SMS panitia itu lagi. Padahal saat itu aku benar-benar tidak punya waktu. Dengan segala usaha, akhirnya aku terpaksa meng-cancel beberapa rencanaku, cocard pesanan panitia KEMWIL yang minta diantarkan, aku titipkan dengan teman sebelah kamar, mencetak suratnya dipending dahulu, tinta yang mau diantar ke sekolah ditunda besok karena ketika aku telpon kembali ketua Panitia KEMWIL katanya belum dibutuhkan pagi ini, dan laporan rekap aku kirim saja dengan via email ke ketua panitia KEMWIL. Selesai.

Aku pun baru bisa ikut berangkat mendampingi panitia holiday camp kampus skitar jam 9 pagi setelah sebelumnya berputar-putar kebingungan sendiri karena tidak tahu yang mana harus aku prioritaskan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Dengan dibonceng teman, serta diikuti 3 motor yang lain diantaranya ada dua orang akhwat, kami bereangkat ke kali kuning. Belum sampai ke tujuan, kunci motor ternyata terjatuh dalam perjalanan tersebut, karena memang kunci motor saya sudah los. Entah sudah berapa kali aku mengalami kejadian kunci jatuh ini, mungkin sudah hampir sekitar 7 kalian. Aku memang kurang bisa megambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang saya alami. Andaikan saja saya mau mengambil pelajaran, mungkin sebaiknya kunci tersebut diikatkan saja, biar tidak terulang lagi. Konsekuensi dari jatuhnya konci tersebut kami tidak bisa menghidupkan motor, serta bakal mendorong motor sampai ketemu tukang kunci untuk membuat duplikat kunci baru.

Tanpa ambil pusing dengan hilangnya kunci motor tersebut, yang penting sekarang kami bisa sampai ke tempat tujuan yang akan disurvei, yaitu wilayah kali kuning dan lava tour Kali Adem, termasuk di dalamnya penginapan Mbah Udi (Adiknya Mbah Marijan), serta Buper yang terletak di belakang rumahnya penjaga gunung merapai yaitu Mbah Marijan.
Setelah survei beberapa tempat untuk kegiatan jurit malam dan lapangan buper, adzan zuhur menghentikan kegiatan survei kami. Dengan perut yang sudah lapar, haus, kami pun menuju masjid di depan rumah mbah Marijan, sesampai di masjid ternyata mbah Marijan baru saja menyelesaikan sholat zudhur berjama’ah dengan mbah Udi (adiknya) dan kami pun sempat bersalaman dan berbincang-bincang sebentar. Tanpa menyia-nyiakan waktu, salah seorang diantara kami langsung berinisiatif memesan makan siang ke mbah Udi. Kami memesan nasi dan mie + telur goreng untuk 8 porsi ke mbah udi. Semantara menunggu makan siang, Kami berwuduh dan sholat berjama’ah di masjid mbah Marijan itu. Zuhur sudah kami tunaikan, tibalah waktu mengisi perut.

Makan siangnya kami gelar langsung di dapur mbah Udi, 1 baskom Nasi, 8 mangkok mie rebus, 8 buah telor ceplok plus oseng-oseng kates. Tanpa banyak basa-basi kami berhasil menghabiskan semuanya, kecuali nasi yang masih tersisa separuh. Sedangkan dua orang akhwat hanya makan mie dan telur ceplok saja tanpa nasi. Makannya sedikit tidak kayak ikhwan, mungkin mereka malu??? Atau memang seperti itulah porsi mereka.

Tugas kami tinggal satu lagi, yaitu survei tempat outbound. Wilayah kali kuning yang kami pilih. Karena satu motor harus didorong dan sekali-sekali dinaiki karena kuncinya hilang. Maka yang survei tempat outbound di sekitar kali kuning, hanya dua motor, sedangkan satu motornya lagi (akhwat) lebih memilih menunggu di jalan saja. Aku berfikir, daripada hanya menunggu di jalan seperti ini, sepertinya lebih baik pulang duluan sembari mencari tukang kunci di sepanjang perjalanan. Setelah berpamitan dengan panitia yang lain, saya dangan temanku pulang duluan. Di dalam perjalan pulang beberapa kali kami harus mendorong motor, karena jalannya tidak sepenuhnya menurun, tetapi adakala tanjakan atau jalan datar. Sehingga motor harus kami dorong. Perjalanan yang melelahkan, beruntung sebagian jalan pulang (jalan kali urang) adalah turunan, jadi kami bisa naiki motor yang mati tersebut. Dipikir-pikir, lumayan juga bisa sekalian menghemat bensin, walaupun beresiko rusak mesin motor. ah … bodoh amat, yang penting bisa segera menemukan tukang kunci.

Alhamdulillah, kami baru menemukan tukang kunci setelah lewat kampus UII. Motor bisa hidup kembali, jam menunjukkan angka tiga, adzan asar sedang berkumandang. Dengan rasa lega, langsung tancap gas untuk pulang ke kos, dengan satu harapan bisa segera istirahat setelah kelelahan dari survei dan menuntun motor.

Malang belum habis, sesampai di depan pintu kamar, ternyata kunci kamarku juga hilang. Semua kantong dan tas sudahku buka, namun kunci kamar tersebut tetap tidak ada. Padahal aku yakin benar tadi ketika masih di kali kuning kunci tersebut ada, bahkan sempat ku cobakan untuk menghidupkan motor. Dengan badan lelah serta berkeringat, aku duduk di depan kamar sambil memandang pintu yang tidak bisa dibuka. 15 menit lagi hari menunjukkan jam 4, padahal tadi pagi ketika mau berangkat survei, aku mengiyakan undangan seorang pengurus organiasai untuk bisa hadir dalam rapat organiasasi kedaerahan di sebuah masjid sekitar kampus UGM. Aku harus segera mengambil keputusan diantara dua pilihan, segera menjebol kunci pintu, masuk dan berangkat rapat. Atau sebaliknya nelpon minta izin, terus menjebol pintu lalu istirahat. Pilihan jatuh pada pilihan kedua, aku pun izin dan alasannya ternyata bisa diterima oleh yang mengundangku.

Kunci pintu berhasilku jebol, setelah sebuah batu beberapa kali ku pukulkan ke gembok yang terkunci tersebut. Aku berhasil masuk dan bisa istirahat.
Entah apa yang mempengaruhi pikirankku, ketika berhasil masuk kamar dan mau menunaikan sholat asar, ada perasaan ingin tetap hadir dalam rapat sore ini, sekalipun aku sudah mendapatkan izin tidak datang. Ku kirimkan saja sms pertanyaan apakah rapat sudah mulai atau sudah hampir selesai. Karena aku yakin sekalipun aku datang, pasti sudah terlambat. Jawaban ternyata lain, bahwa rapat baru saja mau dimulai. Setelah menunaikan sholat asar, tanpa berfikir lagi, dengan perasaan terburu-buru karena sudah terlambat, aku langsung mengambil tas dan berangkat dengan motor menuju masjid Nurul Barokah di jalan kaliurang Km.5.

Setiba di masjid tersebut, pandangan tertuju pada sandal dan sepatu yang berjejer di samping masjid yang menandakan ada pertemuan di dalamnya. Dengan sedikit lari-lari kecil aku langsung masuk masjid, betul sekali, sebuah pertemuan sedang berlangsung dengan sebuah hijab pengahalang diantara peserta putra dan putrinya. Setelah terlebih dahulu mengucapkan salam. Aku pun langsung menyalami peserta rapat putranya satu persatu dengan ramah dan sedikit ucapan permohonan ma’af atas keterlambatan saya, lalu mengambil posisi duduk disamping mereka. Rapat pun terhenti sejenak atas kehadiran saya, dengan semua pandangan tertuju kepada saya. Dengan sikap peserta rapat seperti itu, dalam hati saya pun mulai bertanya-tanya, sepertinya saya tidak mengenal satu orang pun diantara mereka. Allahu Akbar, ternyata benar, ini bukan teman rapat saya. Dengan refleks langsung saya megeluarkan HP dari dalam kantorng seolah-olah menerima telpon, lalu pergi meninggalkan ruang masjid dengan rasa malu serta geli atas peristiwa nahas tersebut.

Setelah saya telpon teman, benar saja, ternyata tempat rapatnya bukan di dalam masjid, tetapi di ruang TPA di bagian sebelah belakang masjid. Akhirnya sampai rapat berakhir dengan datangnya adzan magrib yang ada dalam pikiranku hanya perasaan malu yang sulit untuk dilupkan terhadap kejadian nahas tersebut. Diakhir salam sholat magribku di masjid tersebut, aku mencoba merenung atas peristiwa-peristiwa yang aku alami sepanjang hari ini, serta berusaha untuk mengambil pelajaran darinya.

1 comment:

  1. Hmmmmmmmmmm..............
    salut..
    waktu istirahat seorang mukmin itu adalah ketika ia telah melangkahkan kakinya ke surga..

    ReplyDelete